Selasa, 04 Mei 2010

Another Big Question Without Any Answer

Aku nggak tau harus berkata apa tentang hal ini. Sebenernya semua itu udah jelas cuma semua itu masih terasa gelap/kabur bagiku. Sekali lagi hal ini terjadi pada diriku. Aku sudah berusaha untuk selalu ber"positive thinking" atas apa yang sudah dan akan terjadi, namun setelah cukup lama aku menghadapinya hal itu semakin mengubah pemikiranku yang lama. Sikap itu seakan hilang begitu aja seiring dengan bertambahnya usia dan semakin beratnya permasalahan yang muncul. Pertanyaan demi pertanyaan pun muncul lalu lalang di pikiranku. Mulai pertanyaan yang konyol sampai pertanyaan yang benar-benar berbobot bagi seseorang seumuranku. Pertanyaan-pertanyaan itu terus bermunculan tanpa ada satu pun penyelesaiannya.
Sebenernya sempat terpikir di benakku untuk bertanya langsung pada Tuhan mengingat apa yang pernah dikatakan guruku tentang komunikasi kita dengan Tuhan. Ide-ide unik pun mulai muncul dengan adanya pendapat seperti itu. Namun ide-ide itu hanyalah sebuah khayalan semu seiring dengan berjalannya waktu, mengingat siriku masih melakukan banyak keasalahan pada Tuhan.

Kejadian itu terjadi hari ini, lagi-lagi aku kecewa atas apa yang telah aku kerjakan. Aku kecewa karena aku berharap terlalu tinggi namun hasil yang kudapat tidak setinggi yang aku harapkan. Aku pertama kali mengalami hal ini pada saat kelas 1 SMA. Aku merasakan kesedihan yang mendalam seakan aku telah ditinggalkan orang yang telah aku cintai. Namun seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan, aku semakin paham bahwa tidak ada gunanya meratapi sesuatu yang telah terjadi. Seperti peribahasa "Nasi Sudah Menjadi Bubur", seakan meratapi sesuatu yang tidak terlalu penting. Menginjak kelas 2 aku mengira diriku sudah kembali seperti dulu, bisa selalu mengambil hikmah dari segala sesuatunya, tapi ternyata aku salah. Perasaan itu muncul kembali di saat yang sama dengan pada saat aku duduk di kelas 1 dahulu. Perasaannya pun masih sama dengan yang dulu. Pertanyaan-pertanyaan itu pun muncul kembali di pikiranku entah darimana. Dengan munculnya perasaan itu, sisa hari-hariku kujalani dengan berat. Lagi-lagi aku memikikannya terlalu berat sehingga aku benar-benar merusak kehidupanku sendiri pada hari ini. Teman-teman di sekolahku mungkin tidak terlalu menyadari perubahan "mood" yang terjadi pada diriku, tapi orang-orang di rumahku sangat menyadari perubahan itu mengingat aku lebih banyak menghabiskan waktuku di rumah. Pada saat itu aku merasa akulah manusia terbodoh yang pernah ada dan berpikir bahwa lagi-lagi Tuhan tidak adil pada diriku tapi setelah aku menenangkan diriku, aku mulai menyadari bahwa Tuhan tidak mungkin sebegitu jahatnya pada makhluk-makhlukNya karena Dialah yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana. Selain itu Dialah Tuhan paling adil yang pernah ada jadi aku mulai bertanya-tanya tentang diriku sendiri. Sebenernya yang bodoh itu aku atau itu memang takdirku?
Pemikiran itu terus muncul sampai aku menulis posting ini. Dan aku pun mulai menyadari bahwa tidak ada gunanya meratapi yang sudah terjadi. Namun sampai detik ini aku masih belum memahami apa sebenarnya hikmah dibalik ini semua, mungkin besok atau mungkin lusa atau bahkan minggu depan aku baru mengetahuinya.

Yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah berdoa dan berusaha melakukan kegiatan lain yang mampu mengalihkan pikiranku dari masalah itu. Namun kenyataannya belum ada kegiatan yang mampu mengalihkan pemikiranku dari masalah itu selain menulis jurnal dan nonton bioskop. Bahkan dua kegiatan itu belum tentu mampu mengalihkan pikiranku mengingat masalah yang ada di pikiranku semakin rumit. Aku hanya berharap suatu hari nanti aku akan bisa menjadi orang yang lebih dewasa, lebih bisa mengendalikan emosi, lebih sabar, dan yang terutama adalah lebih bisa memahami diriku sendiri layaknya Tuhan yang mampu memahami umatnya sehingga aku mampu mengarahkan diriku sendiri ke arah yang tepat dan bukan ke jurang gelap yang menyesatkan.

0 komentar:

Posting Komentar